MALANG_BM-Tiga orang tim penilai Green School Festival
(GSF) mendatangi SMP Islam Baitul Makmur untuk melakukan penilaian, Selasa
(22/10/2019). Event tahunan yang diinisiasi Dinas Pendidikan Kota Malang ini melihat
secara langsung mapping tentang 9 issue lingkungan sampai pada aksi lingkungan
yang dilakukan di sekolah yang beralamat di Jalan Sawojajar 17B ini.
Dalam event
GSF ini, selain ada penilaian lingkungan dan kinerja sekolah, ada juga pula
lomba mading 3D. Untuk GSF sendiri, di kegiatan lomba Participatory
Eco-Education Appraisal atau sekolah yang bisa membuat metode pengelolaan
lingkungan kreatif, akan ada penilaian tambahan.
Ketua
Pelaksana GSF SMP Islam Baitul Makmur Elly Nasrul Firdaus, S.Pd, mengatakan
keikutsertaan SMP Islam Baitul Makmur dalam ajang GSF ini adalah bertujuan membiasakan
siswa untuk bisa memetakan masalah, kritis, dan peduli lingkungan sekolah. Karena
itu, pihaknya antusias untuk menyemarakkan event tahunan GSF ini.
“Kedatangan tim
penilai GSF untuk membahas sembilan isu plus dengan mading tridi, dan peta
kesimpulan akhir. Sembilan isu tersebut terdiri dari energi, sampah, polusi
udara, air dan limbah cair, kontaminasi kimia, tanaman, risiko, keindahan, dan
edukasi-informasi-inspirasi,” papar dia.
Menurut Tc.
(Teacher) Nasrul, sapaan akrab Elly Nasrul Firdaus, S.Pd, melaksanakan penilaian
lapangan, disela-sela waktu tersebut tim penilai GSF memberikan masukan-masukan
untuk kemajuan SMP Islam Baitul Makmur dalam keikusertaan GSF ke depan.
“Tim penilai memberikan
masukan tentang sekolah ramah anak, terutama berkaitan dengan bullying, karena sekarang lagi
gencar-gencarnya di medsos yang efeknya
buruk sekali terhadap pendidikan,” ujar dia.
Masukan lain dari tim
penilai, lanjut Tc. Nasrul, adalah terkait fasilitas sekolah. “Sebenarnya fasilitas
sekolah (di Baitul Makmur) sudah bagus dan memadai. Namun, kekurangnya adalah
kepedulian anak-anak dalam menjaga dan merawat fasilitas yang ada,” kata dia.
Terkait sekolah sebagai
tripusat pendidikan. Keterlibatan sekolah, keluarga, dan partisipasi masyarakat,
menurut dia, dinilai masih kurang. Karena ini bertujuan untuk membentuk
karakter anak. Selain itu, berkaitan dengan dokumen, setiap kegiatan harus ada
dokumennya dengan baik yang nantinya untuk akreditasi sekolah.
Dia menambahkan, tim penilai juga mengimbau
untuk membesarkan sekolah lewat medsos. Tidak memungkiri, sekarang ini jamanya
medsos. “Transparansi tentang dana Bosnas dan Bosda juga diharapkan ada
pelaporan dalam bentuk ditampilkan di website atau dalam banner sekolah agar
masyarakat dan wali murid mengetahui alokasi dan penggunaan dana BOS tersebut,”
ujarnya. (hen)
Penulis/Editor: Hendarmono Al Sidarto
0 komentar:
Posting Komentar