Mulailah mendidik anak
kita dengan kata ‘jangan’. Memang, kata ini banyak sekali persepsinya yang
bermuatan negatif dan larangan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata
jangan berarti menyatakan melarang, tidak boleh, hendaknya tidak usah.
Namun, kita sebagai
orang tua sering lupa atau tidak tahu bahwa lebih dari 500 kata di dalam Al-Qur'an
menggunakan kata jangan. Salah satunya, di dalam Surat Luqman ayat 12-19
dijelaskan bahwa dalam mendidik anak dilakukan dengan kasih sayang orang tua bukan
membentak. Artinya, metode pendidikan yang dilakukan adalah dengan nasehat
orang tua ke anak secara tulus, ikhlas, berbekas, dan berpengaruh saat memasuki
jiwa yang bening hati, terbuka, dan bijak saat mendidik anak. Setidaknya, metode
yang diterapkan dalam pendidikan adalah metode keteladanan sesuai Al- Qur'an dan
Hadits.
Kesalahan dalam
mendidik anak pada zaman now di antaranya: mudahnya akses internet yang bisa mengubah
pola pikir anak-anak. Selain itu, mudahnya anak-anak dalam berkomunikasi dalam
lawan jenis yang membuat anak lebih nyaman dengan sahabat atau teman . Solusinya,
adalah bagaimana orang tua sekarang bisa berkomunikasi dengan baik terhadap
anaknya, komunikasi yang bermartabat, berakhlak, dan bermutu.
Jangan mengharamkan kata
jangan kepada anak-anak agar tahu mana yang baik dan buruk, mana yang benar dan
salah. Selama ini, kata jangan sangat berasumsi ke kalimat negatif atau
perintah negatif. Karena itulah, berangkat dari hal tersebut kita mengupas
kekeliruan pada buku-buku pendidikan, seminar teori pendidikan, dan lain-lain, terutama digunakannya kata preventif seperti
hati-hati, berhenti, dan diam atau stop.
Alasannya, menggunakan kata jangan karena
alam bawah sadar manusia tidak merespons dengan cepat kata jangan. Kata jangan
akan memberikan nuansa negatif dan larangan sebagai orang tua. Maka dari itu,
coba ganti kata dengan lebih positif dan berikan alasan agar dapat diterima
oleh anak. Hal inilah yang membuat keraguan dan indah nampaknya tapi di
dalamnya terkandung bahaya kronis (keraguan).
Mari kita bahas
syubhat (keraguan) yang ada saat ini. Kalau mau teliti mari kita tanyakan
kepada mereka yang melarang kata jangan. Padahal, sebaliknya ratusan kata jangan
tercantum di dalam Surat Luqman ayat 12 -19. Dalam penjelasannya, kisah Surat Luqman
ini dibuka dengan penekanan Allah SWT bahwa Luqman Hakim itu orang yang diberi
hidayah (orang arif yang secara tersirat kita diperintahkan untuk meneladaninya).
QS. Luqman 13 bahkan lebih tegas bahwa Luqman menceritakan,
"Janganlah engkau menyekutukan Allah SWT, sesungguhnya syirik termasuk
dosa besar." Dalam hal ini Luqman tidak perlu mengganti kata “jangan
menyekutukan Allah dengan Esakanlah Allah SWT”.
Pun demikian dengan "laa"
yang lain, tidak diganti dengan kata-kata kebalikan yang bersifat ajaran mengapa
Luqman tidak mengganti jangan, diam, atau berhenti. Kata jangan itu mudah dicerna
oleh murid-murid atau anak-anak sebagaimana penuturan Luqman kepada anaknya.
Karena itulah, kita sebagai orang tua wali harus mengatakan kata jangan untuk
ketegasan dalam menjaga anak-anak di tengah kemajuan era globalisasi. (*/hen)
Penulis: Surya Agung Sabda, S.Pd
Editor: Hendarmono Al Sidarto
Karaxter siswa tetap di pahami sebelum kata tsb terlontar dari para pendidik sehingga hal yg tdk di inginkan bs di hindari dg sebaik mungkin...
BalasHapus